Mau Pindah ke Apartemen? Inilah Fakta dan Mitos Terkenal Tentang Tinggal di Apartemen

Apartemen saat ini menjadi solusi untuk mencari hunian strategis di pusat kota. Bagi kalangan muda yang bekerja di kota besar, apartemen bisa jadi pilihan yang tepat.


Cocok untuk yang memiliki mobilitas tinggi dan umumnya apartemen berlokasi strategis memudahkan penghuninya menjangkau pusat keramaian. Sayangnya, masih banyak yang ragu untuk tinggal di apartemen karena mitos yang berkembang di masyarakat. Untuk itu, mari kita bahas sedikit fakta dan mitos terkenal tentang tinggal di apartemen.

Apartemen hanya untuk orang kaya  

Gedung apartemen umumnya berdiri di kawasan strategis perkotaan. Lokasi yang strategis ini menjadi salah satu faktor yang membuat apartemen menjadi mahal. Belum lagi apartemen dilengkapi fasilitas pendukung seperti kolam renang, gym, dan spa. Ketersediaan fasilitas-fasilitas semacam itu tak heran memunculkan anggapan bahwa apartemen adalah hunian ekslusif untuk orang kaya.

Faktanya, kini banyak gedung apartemen yang dibangun dengan target pasar kalangan muda dan bahkan mahasiswa. Bahkan di Jakarta juga masih ada kawasan apartemen dengan harga terjangkau. Tak cuma untuk dihuni sendiri, Anda juga dapat berinvestasi apartemen dengan mencari apartemen yang bisa dicicil setiap bulan atau tahun sesuai kemampuan.

Biaya perawatan bulanan mahal 

Selain harga unit yang mahal, tinggal di apartemen juga mengharuskan penghuni membayar biaya perawatan yang jumlahnya cukup besar. Biaya itu antara lain meliputi perawatan gedung, kebersihan, serta keamanan. Belum lagi biaya listrik, air, dan parkir. Semakin tinggi kelas apartemen, semakin tinggi pula biaya perawatan yang dibebankan pada penghuni.

Jika dikalkulasikan, biaya perawatan bulanan hidup di apartemen memang cenderung lebih mahal ketimbang rumah tapak. Namun, dengan biaya itu, Anda dapat menikmati berbagai fasilitas seperti lift, kolam renang, dan jaminan keamanan yang belum tentu diperoleh saat tinggal di rumah tapak. Anda juga tidak terlalu dipusingkan dengan perawatan tempat tinggal seperti merawat kebun atau memperbaiki atap bocor.

Hidup di apartemen susah bersosialisasi 

Penghuni apartemen cenderung individualis. Stigma ini muncul karena banyak yang menganggap bahwa hidup di apartemen susah bersosialisasi. Adapula anggapan orang memilih apartemen karena memang membutuhkan privasi. Ya, mayoritas penghuni yang sibuk bekerja dan hanya ke apartemen untuk beristirahat sehingga jarang bertegur sapa dengan tetangga. Namun, tak semua penghuni apartemen individualis.

Semua kembali pada kepribadian masing-masing. Faktanya, mereka yang tinggal di rumah tapak pun mungkin mengalami kesulitan sosialisasi yang sama. Bahkan saat ini ada juga pengembang yang menyediakan ruang berinteraksi khusus untuk para penghuninya.

Ruangan sempit 

Ya, luas apartemen memang cenderung terbatas tak seluas rumah tapak. Terlebih bila yang dihuni adalah apartemen tipe studio. Namun, apartemen bisa disesuaikan dengan budget dan kebutuhan. Ruang apartemen yang sempit bisa disiasati agar tak membatasi ruang gerak. Misalnya, dengan memilih furnitur minimalis agar tidak memakan banyak ruang. Untuk yang sudah berkeluarga, gedung-gedung apartemen umumnya juga menyediakan pilihan unit apartemen dengan 2 hingga 3 kamar tidur yang cukup ideal untuk satu keluarga dengan 2 anak.

Tidak ada lantai 4 

Jika kita perhatikan, lift di bangunan tinggi, termasuk apartemen, seringkali tidak tertera lantai 4. Biasanya dari lantai 3 langsung loncat ke lantai 5 atau diganti dengan lantai 3A. Tidak adanya lantai 4 ini berkaitan dengan fengshui. Angka 4 yang dalam bahasa China dibaca “shi” diartikan sebagai kematian. Bentuk angka 4 yang seperti kursi terbalik juga dianggap dapat menurunkan jabatan. Karena alasan tersebut, angka 4 tidak bisa dijadikan angka keberuntungan.

Postingan populer dari blog ini

Tips Mendapatkan Apartemen yang Nyaman tapi Murah bagi Pengantin Baru

Tips dan Trik Menjadi Seorang Sales Penjualan Apartemen di tahun 2018